Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Bengkulu mengidentifikasi ada dua Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) bukan bank yang beroperasi namun tidak memiliki izin.
"Ada satu di Kota Bengkulu, siangnya perusahaan ini berjualan jam, dan malamnya kegiatan KUPVA ini," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra di Bengkulu, Selasa.
Satu lagi KUPVA bukan bank teridentifikasi beroperasi di Kabupaten Bengkulu Utara. Kedua KUPVA tersebut sampai saat ini tidak pernah mengajukan perizinan ke BI Bengkulu.
Sementara, berdasarkan peraturan BI KUPVA BB yang saat ini belum mengantongi izin masih memiliki kesempatan untuk mengajukannya paling lambat sampai 7 Maret 2017.
Jika masih tetap beroperasi tanpa izin setelah tanggal tersebut, makan Bank Indonesia akan bekerjasama dengan Kepolisian RI, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) serta BNN guna menertibkannya.
"Ketentuan ini tercantum pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 dan Surat edaran Nomor 18/42/DKSP perihal Kegiatan usaha penukaran valuta asin bukan bank," kata dia lagi.
KUPVA yang tidak terdaftar di Bank Indonesia berpotensi menjadi sarana yang dimanfaatkan untuk tindak pidana pencucian uang, tindak terorisme atau kejahatan narkoba.
"Oleh sebab itu kita bekerjasama dengan beberapa instansi terkait, jika ditemukan tindak kriminal makan jalurnya pidana," ucap Endang.
Saat ini di Indonesia ada 1.064 KUPVA BB yang telah memperoleh izin Bank Indonesia, sedangkan di Provinsi Bengkulu hanya terdapat satu KUPVA yakni PT Nurtani Intan Jaya.***3***
BI Bengkulu Identifikasi Dua KUPVA Tak Berizin
Selasa, 21 Februari 2017 23:37 WIB 1116