Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Limbah pencucian batu bara dari lokasi penggalian yang terbawa ke Sungai Bengkulu hingga muara dan laut akan mengganggu ekosistem perairan setempat.
"Sisa batu bara bekas pencucian yang menjadi limbah sudah memenuhi Sungai Bengkulu bahkan terbawa hingga ke laut. Ini jelas mengganggu ekosistem perairan," kata Dosen Ilmu Kelautan Program Studi Kelautan Universitas Bengkulu Ari Anggoro di Bengkulu, Minggu.
Ia mengatakan substrat batu bara yang terbawa hingga ke perairan Bengkulu itu akan menutupi karang sehingga pertumbuhannya terganggu.
Jika batu bara menutupi terumbu karang maka bukan tidak mungkin karang tersebut akan mati sehingga merusak fungsinya untuk biota laut.
Termasuk aktivitas pemuatan batu bara dari kapal tongkang ke kapal besar di sekitar perairan Pulau Tikus menurutnya sangat berbahaya bagi ekosistem pulau tersebut.
Pendangkalan alur masuk Pelabuhan Pulau Baai diprediksi juga akibat proses pemuatan batu bara dilakukan di sekitar perairan Pulau Tikus.
"Tumpahan batu bara dari proses pemuatan sudah memenuhi perairan sekitar Pulau Tikus, karena kami sudah melakukan penyelaman ke dasarnya, ini sangat berbahaya untuk pertumbuhan terumbu karang," katanya.
Persoalan limbah batu bara tersebut harus dituntaskan di tingkat hulu, yakni proses penggalian yang sebagian besar terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Pemerintah setempat seharusnya memperketat proses pengelolaan limbah bekas pencucian sehingga Sungai Bengkulu dan perairan tidak menjadi korban.
Sebelumnya, para nelayan di Kelurahan Malabero, Kota Bengkulu juga mengeluhkan pendapatan yang berkurang akibat limbah batu bara mencemari Sungai Bengkulu hingga laut menghabiskan populasi ikan di sungai tersebut.
"Limbah batu bara yang menggenangi sungai sudah berlangsung cukup lama, namun tidak ada perhatian serius dari pemerintah daerah khususnya mengatasi pencemaran tersebut," kata seorang nelayan Malabero Refi.
Kondisi tersebut membuat sebagian nelayan sudah beralih profesi mengumpul limbah batu bara yang dapat dijual seharta Rp12 ribu hingga Rp15 ribu per karung.
Saat ini setiap nelayan menebar jala di perairan tersebut, bukan mendapat ikan dan udang lagi tapi batu bara karena tumpukannya di atas pasir pantai setempat sudah cukup tinggi.(rni)
Limbah pencucian batu bara rusak ekosistem perairan
Minggu, 1 April 2012 17:46 WIB 2725